Sabtu, 06 Agustus 2011

Haaanngst!!

Sore itu saya dan Bang Anto dateng ke Kantor Kecamatan untuk mengkoordinasikan baliho sosialiasi E-KTP. Disana Pak Camat, Sekcam, dan beberapa staffnya (seperti biasanya) lagi ngopi-ngopi di warkop belakang kantor. Ada 6 orang kalo nggak salah.



Saya dan Bang Anto yang barusan dateng ditawarin minum. Bang Anto mengiyakan dan memesan teh panas, saya menolak (dengan halus). Nggak minat sih minum di situ. Tapi karena rayuan Pak Sekcam yg berlidah maut itu, saya pun akhirnya (terpaksa) minum teh botol.




Oke, cukup. Waktunya ngomongin kerjaan. Bla bla blaa...akhirnya diputuskan Pak Sekcam akan mengantar saya dan Bang Anto untuk survey lokasi pemasangan baliho.



Rencana ini tidak sesuai dengan rencana saya semula, tapi Pak Sekcam bersikeras untuk menjalankan rencananya. Daripada harus berurusan lebih lama lagi, yaudah yuk kita berangkat naik mobil Pak Sekcam.



Wuzz wuuzz...kami berempat – saya, Bang Anto, Pak Sekcam, dan staffnya (ga jelas tugasnya) – mengarungi jalan lintah Sumatera dari Simpang Marancar sampai Desa Garoga yang tak seberapa jauhnya itu untuk menentukan titik-titik pemasangan baliho.



As we predicted before, yeaa yeaa Pak Sekcam minta uang bensin dan uang untuk staffnya. HAL YANG BIASA! Dia nggak minta uang untuk dirinya siihh..Ya tapi mana mungkin kami kasih duit ke staffnya, ke mobilnya, tp nggak ke orangnya?!



Selesai survey, Pak Sekcam antar kami ke proyek. Kebetulan waktu itu saya pengen ke Warung Jono untuk ketemu sama anak Pak Jono yang masih balita, jadi saya minta diturunkan sekitar 100 meter sebelum gate proyek. Tak dinyana tak disangka, Pak Sekcam dan staffnya minta ikut ke Warung Jono. Ngopi-ngopi lah kami kemudian. Karena letaknya yang dalam wilayah kekuasaan saya, maka saya berbaik hati untuk membayar apapun yang di beli di Warung Jono.



Saya terpaksa harus pamit duluan karena ada meeting PERHAPI di proyek atas. Karena saya nggak pernah bawa duit, saya bilang ke Bu Jono untuk mencatat apa saja yang dipesan ‘teman-teman’ saya itu untuk saya bayarkan malam harinya. Ok, bye! See u Pak Sekcam...!!



Besoknya saya ketemu Bang Anto dan minta dia menceritakan apa aja obrolan kemaren sore di Warung Jono setelah saya tinggal pergi.


Bla bla blaa.... (nggak penting!)


Endingnya, dia cerita kalo Pak Camat mengingatkan kembali soal biaya-biaya yang kami harus bayar terkait dengan survey kemaren.


Kami musti bayar jasanya dia, jasa staffnya, dan uang bensin untuk menempuh jarak yang tak seberapa itu.
Kami musti bayar makan dan minum yang dibeli oleh Pak Camat, pak Sekcam dan semua orang yang ada di situ pada saat kami datang. (Konon kata Bang Anto, emang udah ‘peraturannya’ kayak gitu. Di mana ada orang proyek, dia yang bayar
Kami musti bayar makan dan minum yang di beli di Warung Jono. That’s ok. Tapi...ternyata Pak Sekcam berbaik hati untuk menawarkan akan membayari makan dan minum orang-orang yang ada di situ (kalo nggak salah ada 2 orang driver proyek)...Dan itu pastinya nggak mungkin dia yang bayar dong, saya yang bayar!


Anjiiiirrr...saya dikerjain Pak Sekcam!!! Kampreettt..!!! Serius, saya nggak rela kalo uang saya, bahkan uang perusahaan keluar untuk hal-hal beres kayak gini!